Reruntuhan Candi Sebayi

Deskripsi : Lokasinya berada di Desa Sebayi, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun. Situs Candi Sebayi berada di area hutan milik perhutani. Berdasarkan deskripsi dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Situs ini berupa reruntuhan bangunan candi dengan bahan batu andesit dan bata. Reruntuhan candi ini ditemukan pada tahun 2006. Di Area situs dijumpai kumpulan bata candi yang sudah tertata namun tidak berbentuk bangunan serta sebaran batu candi yang masih dijumpai disekitarnya. Area sebaran batu candi diperkirakan 4 hektar. Lokasi ini dahulu dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang kemudian digunakan sebagai lahan Perhutani. Bata-bata polos, dan berukuran besar, sedangkan batu-batunya dari bahan andesit ada yang memiliki pelipit, takikan, sisi genta, batu dengan relief bunga melati berukuran 15 x 20 x 35 cm. Menurut informasi bahwa di lokasi ini pernah dijumpai struktur pagar dengan tinggi 1,5 meter namun hancur karena tertimpa pohon jati.

Cerita Lisan di Balik Candi Sebayi : Menurut kesaksian peladang di sekitar reruntuhan candi, Mbah Mukimin menuturkan, bahwa dulu saat zaman Belanda candi ini masih berdiri megah walaupun terlihat candi seolah dalam keadaan belum sempurna, pada saat Agresi militer Belanda tahun 1949 Candi ini sempat menjadi ajang pertempuran dalam penyerangan Belanda ke Loji-loji Perhutani. Setelah Jatuhnya rezim Suharto dan berganti era reformasi juga terjadi penjarahan arca-arca oleh orang-orang dari luar Desa Sebayi, karena masyarakat Sebayi sendiri mempunyai kepercayaan dan kearifan bahwa tempat itu adalah keramat dan tidak berani membawa benda-benda apapun di sekitar situs Candi Sebayi. juga ditutur oleh Kepala Desa Sebayi Heru Wiratno dan Mantri Perhutani Pak Santoso, bahwa disekitar candi ini masih ada beberapa reruntuhan batu bata kuno, juga di Desa Kaligunting ada reruntuhan Batu bata kuno masyarakat menyebutnya “mbata sekawit” juga arca golek dari batu yang dipercaya sebagai asal penamaan Desa Sebayi yang sampai dengan hari ini belum ditemukan keberadaannya

Catatan Arkeologis lain di Desa Sebayi : Selain Situs Candi Sebayi, Dinas Kebudayaan Kabupaten Madiun sempat mencatat sebuah Punden makam kuno yang terletak di Dusun Sebayi. Punden tersebut dinamakan Punden Kromodipuro. Punden ini berada disebelah barat Sungai Sebayi atau berjarak 300 meter tenggara SMK 1 Gemarang. Menurut warga sekitar, punden ini merupakan cikal bakal dari penamaan Desa Sebayi. Konon tokoh yang bernama Kromodipuro tersebut dimakamkan saat masih bayi.

Jauh sebelumya dengan berdasarkan catatan Theodore Altona (Seorang Botani), di daerah sebalah utara Dusun Ketupu sempat dicatat adanya sebuah candi. Tempat itu oleh masyarakat Desa Sebayi saat itu dikenal dengan nama Sekar Putih. Sekar Putih mempunyai arti Bunga para imam atau Kepala Imam). Di tempat tersebut sempat ditemukan sebuah arca ganesha yang sangat lapuk dan benda-benda lainya. Benda-benda lainnya tersebut kemudian dibawa ke Desa Sebayi dan Caruban. Menarik untuk dikaji apakah sekar putih yang dimaksud adalah candi sebayi sekarang ini?. Selain itu, di Dusun Ketupu sempat ditemukan batu patok batas desa dekat Sungai Sebayi. Kemudian, Jan Knebel (1906) sempat mencatat cerita legenda tentang punden kramat dandang yang berada di Hutan sebelah barat Dusun Ketupu, Desa Sebayi.

Laporan peninjauan Potensi Arkeologis di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta, 2014

Reinhart, Christopher (ed). 2021. Antara Lawu dan Wilis : Arkeologis, Sejarah dan Legenda Madiun Raya berdasarkan Catatan Lucien Adam (Residen Madiun 1934-38). Jakarta : KPG.

Knebel (J.), 1906. Legenden over de plaatsen van vereering (poendèn), de plaatsen waar offers gebracht worden (panjadranan), de plaatsen waar geloften gedaan worden (kahoelan, panadaran), of waar men zich afzondert om eene openbaring te ontvangen (panëpèn), in het regentschap Madioen. Dalam Jurnal T. B. G. XLVIII, 527.

http://satriotomo-gombal.blogspot.com/2014/02/candi-sebayi-harapan-baru-sejarah-dan.html)


Tinggalkan komentar