Penamaan Madiun

Madiun memiliki beberapa julukan, diantaranya adalah Kota Brem dimana Brem menjadi makanan khas Madiun, kedua adalah Madiun kota pecel dimana pecel Madiun sangat terkenal rasanya yang khas, ketiga adalah Kota Gadis dimana Gadis itu merupakan gabungan dari beberapa kata yaitu Perdagangan dan Industri, terakhir adalah yang baru digalakkan adalah adalah Madiun Kota Pelajar. Mungkin julukan-julukan itu sudah banyak diketahui orang terutama masyarakat Madiun. Nah, bagaimana kalau asal-usul kata Madiun, apakah sudah banyak yang tahu? Coba sebut kan ada berapa variant asal-usul nama Madiun?. Mungkin sebagian orang sudah banyak yang tahu kalau kata Madiun berasal dari kata memedi(hantu) berayun-ayun. Bahkan kata tersebut itu sudah manjadi urban legend dikalangan masyarakat Madiun.

Selain memedi diayun-ayun ada beberapa versi mengenai penamaan nama Madiun. Dalam buku Sejarah Kabupaten Madiun yang disusun oleh Pemda Dati II Kab. Madiun penamaan nama “Madiun” terdapat empat versi yang mengacu pada sumber-sumber berikut, (1) dongeng, (2) babad, (3) bahasa, dan (4) analisa kesejarahan. Selain itu, terdapat dua versi lain yang mengambil surat kabar lama dan buku sejarah Madiun yang baru.

Versi pertama yaitu sumber dongeng, seperti yang telah dijelaskan sedikit sebelumnya diatas bahwa kata Madiun berasal dari memedi berayun-ayun. Dongeng ini bermula ketika seorang empu bernama Ki Umyang atau kadang-kadang disebut juga dengan Ki Sura, seorang abdi Kerajaan Demak, mendirikan pondok kerja pembuatan keris di tepi sendang di Wonosari (sekarang Desa Kuncen termasuk wilayah Kota Madiun). Pada saat keris selesai ditempa kemudian dimasukkan ke dalam air sendang, tiba-tiba secara bersamaan dari dalam sendang muncul makhluk halus sejenis genderuwo atau memedi yang terus berayun-ayun pada suatu dahan pohon di pinggir sendang. Konon keris tersebut kemudian diberi nama dengan “Tundung Madiun” yang selanjutnya keris tersebut diserahkan kepada sultan Demak. Dari kisah memedi berayun-ayun lahir kata Mediun yang dipergunakan untuk memberi nama pada tempat itu.

Versi kedua berasal dari sumber babad. Dalam cerita babad menunjukan bahwa “Madiun” berasal dari penggalan kata Madya-ayun (madya: tengah – ayun : depan atau berhadapan). Penggalan kata tersebut berasal dari posisi duduk bupati kawasan Madiun waktu itu, Kanjeng Panembahan Rama atau Pangeran Timur, setiap menghadiri perjamuan dengan Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Dari rangkaian kata madya-ngayun berubah menjadi Madiun yang dipergunakan untuk memberi nama pada daerah yang diperintah Bupati tersebut.

Versi ketiga dari sumber bahasa, dalam tinjauan bahasa Kawi, kata “Madiun” berasal dari kata dasar diu berarti raksasa, ma menggambarkan tindakan aktif dan an menggambarkan tempat. Jika digabungkan ma + diu + an berarti tempat raksasa. Raksasa dalam wacana pemikiran abad XV merupakan terminologi yang dikenakan pada pemuja berhala atau pemeluk agama asli. Tokoh Ki Sura merupakan gambaran mubaligh dan raksasa bukan berarti orang jahat dan durhaka tetapi merupakan gambaran penduduk yang masih beragama Hindu. Dengan demikian penamaan Madiun berkait erat dengan proses Islamisasi daerah Madiun oleh Kesultanan Demak.

Versi keempat, berdasarkan analisis kesejarahan, menyebutkan bahwa istilah Madiun berasal dari kata mbedi-ayun. Mbedi/Mbeji berarti daerah sekitar sendang (telaga). Ayun berarti depan-berhadapan-perang. Dengan demikian mbedi-ayun berarti peperangan di sekitar sendang. Ini merupakan tanda peringatan takluknya Kabupaten Purbaya oleh Pasukan Mataram melalui peperangan yang berakhir di tepi sendang pada bulan Muharram tahun 1590. Mbediyun kemudian menjadi Mediyun. Pengucapan kata Mbediyun ternyata masih digunakan orang-orang Madiun yang tinggal sekitar lereng wilis tepatnya didaerah Kare.

Selain keempat versi atas ada satu lain versi mengenai penamaan Madiun. Penamaan itu saya temukan dalam sebuah surat kabar lama. Nama surat kabar itu adalah asia raya tertanggal 6 Desember 1944 dan memuat artikel berjudul Madioen. Dalam surat kabar itu menyebutkan bahwa nama Madiun kalau dibelakang nama “a” diberi “h” menjadi “Mahdioen” atau “Mahdi”. Mahdi berarti pemimpin atau bisa juga orang bisa memberi petunjuk. Hal ini berarti kelak orang Madiun itu harus bisa diharapkan menjadi sebuah pemimpin. Jika merujuk sejarah, banyak pemimpin-pemimpinyang berasal dari madiun, seperti Retno Ayu Djumillah, Ronggo Parwirodirjo I dan III, Kemudian Sentot Prawirodirjo.

Versi yang terbaru muncul lewat penelitian tim penyusun buku Sejarah Madiun yang baru. Tim ini berasal dari Departermen Sejarah FIB UGM dan dipimpin oleh Dr. Sri Margana. Sri Margana dkk berpendapat bahwa pergantian nama Madiun berasal dari kata Madya dan Ayun. Madya berarti tengah atau jamaknya tengah-tengah, sedangkan ayun berarti “depan” atau “menghadap” atau majemuknya “berhadap-hadapan”. Jika Madya Ayun diletakan dalam konteks peperangan tahun 1590 bisa mengandung arti tempat berhadap-hadapan antara kedua belah pihak yang sedang berperang atau dengan kata lain “medan pertempuran”. Pendapat ini sesuai dengan fakta sejarah Madiun yang dijadikan pusat berkumpulnya pasukan koalisi Brang wetan dan ditempat inilah pecah peperangan besar dimana kedua musuh saling berhadapan. Pemenang pertempuran yakni Panembahan Senopatilah yang kemudian merubah nama purabaya menjadi Madiun. Pendapat ini sekaligus menyanggah yang versi kesejarahan dari buku sebelumnya yang dianggap sumbernya kurang jelas. Dari perspektif geopolitik saat itu pada masa itu letak geografis madiun berada paling depan (ayun) dari kekuatan Brang  Wetan dan menjadi benteng pertama untuk masuk ke wilayah ini (Margana Dkk, 2017 : 58-60).

Banyaknya versi atau pendapat mengenai asa-usul penamaan Madiun tentunya bisa membuat kita binggung menentukan mana yang benar. Sejatinya, beberapa versi diatas tidak ada yang salah karena sejarah harus bisa dilihat dari berbagai sudut. Dan lebih bagus lagi jika pembaca memiliki pandangan atau pendapat lain mengenai penamaan Madiun. Tentunya pendapat itu harus disertai sumber-sumber yang bisa menguatkan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s