Prasasti Jaring ditemukan Thomas Raffles ketika mengunjungi hutan di daerah Lodaya, akan tetapi tidak sebutkan nama prasastinya melainkan kondisi prasasti ini ketika ditemukan. Sampai sekarang prasasti dari batu andesit berbentuk kurawal itu masih yaitu Dukuh Jaring, Desa Kembang Arum, Kecamatan Sutojayan, Kab. Blitar. Ukuran prasasti ini adalah Tinggi : 170 cm, Lebar atas : 91 cm, Lebar bawah : 72 cm dan tebal : 43 cm. Kondisi prasasti ini agak miring menurut juru pelihara, kemiringan ini disebabkan karena prasasti ini pernah dicoba untuk dirubuhkan. Bahasa dan Aksara prasasti ini adalah bahasa jawa kuno sedangkan alih aksaranya dapat dilihat di OJO No. LXXI dan LPE No.47. Prasasti yang berangka tahun 1103 Caka atau 19 November 1181 M dikeluarkan pada masa Raja Gandra yang bergelar maharaja Çrï Kroncaryyadipa Handabhuwanamalaka Parakramani Anindita Digjayotunggadewanama Çrï Gandra dari kerajaan Kadiri. Prasasti ini berisi tentang pemberian anugrah sima kepada penduduk Desa Jarin, karena mereka telah menujukan kebaktian kepada raja dengan menghalau musuh (Boechari, 2012 : 17). Selain itu dalam SNI (2010:290-291), Prasasti ini memuat keterangan tentang penduduk Desa Jaring tua dan Jaring muda yang telah menghadap raja dengan perantara Senapati Sarwwajala (Panglima Angkatan Laut) Sang Apanji A(…)taken, memberitahukan bahwa bahwa mereka telah memperoleh anugrah dari raja yang terdahulu ( sang atita prabhu) yang belum terkabulkan. Akhirnya melalui pengabdian serta mempertaruhkan jiwa raga untuk memerangi musuh raja, permohonan itu akhirnya dikabulkan. Nama raja terdahulu tidak disebutkan dalam prasasti ini, akan tetapi bisa dimungkin bahwa Raja itu adalah Raja Arryeswara. Selain itu disebutkan juga suatu jabatan tinggi dalam kerajaan yaitu “Senapati Sarwwajala” atau Laksamana laut, hal ini menunjukan bahwa Kerajaan Kadiri juga memiliki angkatan laut.
Prasasti ini merupakan satu-satunya titah Raja Gandra yang telah ditemukan hingga kini. Raja Gandra tidak lama memerintah Kerajaan Kadiri, karena pada tahun 1104 Saka (1182 M) Berdasarkan prasasti dari Desa Semanding Raja Kameswara sudah memerintah Kadiri (Damais, 1955 : 75). Singkatnya pemerintahan Raja Gandra jelas menimbulkan pertanyaan. Menurut Suhadi dan Richadiana (1996), Masa pemerintahan yang singkat ini dihubungkan dengan perang saudara antara pihak Panjalu (Kadiri) dengan pihak Jenggala sejak sekitar 1044 M. Raja-raja yang memerintah Kadiri juga tidak rukun dan saling berebut kekuasaan. Prasasti ini mungkin juga suatu peringatan bagi kemenangan terhadap raja terdahulu yaitu Raja Arryeswara.