Punden Lambang Kuning

(Andrik-kun) Di Desa Nglambangan, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun terdapat sebuah tempat yang di sakralkan dan dijadikan punden oleh masyarakat setempat. Nama tempat tersebut adalah Punden Lambang Kuning. Punden ini dinamakan Punden Lambang Kuning karena di tempat terdapat sebuah makam Nyai Lambang Kuning. Area Punden Lambang Kuning terbagi menjadi 2 halaman. Pintu masuk terdapat disebelah timur, kemudian pada halaman pertama hanya terdapat sebuah pendopo. Pendopo tersebut digunakan untuk keperluan ritual bersih desa dan peristirahatan pengunjung. Gapura berbentuk paduraksa menjadi pintu masuk menuju halaman kedua. Pada halaman kedua ini terdapat kumpulan benda purbakala yang dijadikan satu disebuah rumah kecil. Benda-benda purbakala itu adalah

  1. Sandung/ Miniatur Rumah/Lumbung. Miniatur rumah ini dulu diletakan pada halam ke pertama sebelah kanan gapura pintu masuk halaman kedua, kemudian dipindahkan karena alasan keamanan. Keberadaan miniatur rumah ini tercatat dalam RCO tahun 1906. Fungsi dari miniatur rumah ini dikaitkan dengan Dewi Sri sebagai Dewi Padi dan ada juga yang mengkaitkan dengan kematian, yang menarik sebaran miniature rumah banyak ditemukan di daerah Madiun, Ponorogo dan Magetan
  2. Dua buah umpak persegi
  3. Yoni dengan bagian cerat terpotong
  4. Batu Tungul. Dinamakan Batu Tungul karena batu ini ditengahnya terdapat tonjolan, batu ini mirip seperti batu kenong

Disekitar halaman kedua ini terdapat 3 lumpang batu. Sebelah kiri tempat kumpulan benda purbakala terdapat sebuah pura bali. Kemudian disebelah kiri pura tersebut terdapat sebuah makam yang ditengahnya terdapat sebuah pohon. Makam tersebut dipercaya sebagai Makam Nyai Lambang Kuning. Menurut cerita yang berkembang, Nyai Lambang Kuning masih keturunan atau keluarga dari Kerajaan Kahuripan. Beliau adalah korban dari Calon Arang, sehingga melarikan diri dan babat hutan lalu menjadi desa yang sekarang menjadi Desa Nglambangan. Keberadaan makam ini juga tercatat dalam RCO tahun 1906. Setiap bulan sura selalu diadakan bersih desa di punden ini. Di sini juga terdapat 4 pasang pipisan dan gandik yang kesemuanya tersimpan di almari di belakang makam nyai lambing kuning.

Di desa ini dulu juga terdapat arca yang tersimpan disalah satu rumah warga , akan tetapi arca tersebut sudah hilang. Menurut Sumiono, arca tersebut sering dijadikan ritual untuk meminta-meminta. Laporan Knebel (1906 : 42),  menyebutkan juga bahwa di punden atau di desa ini terdapat sebuah arca yang bernama Retdja peksi Tjangak. Arca tersebut juga digunakan untuk ritual meminta-minta. Apakah arca yang dimaksud Knebel dan Bapak Sumiono itu sama, sulit untuk dibuktikan karena arca tersebut sudah hilang.

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s