Madiun mulai dikuasai oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada pertengahan abad 19. Mereka lalu mendirikan beberapa bangunan pendukung untuk melakukan pemerintahan di wilayah Madiun. Selain bangunan untuk birokrasi mereka juga mendirikan beberapa bangunan fasilitas seperti tempat hiburan dan juga pertemuan. Gemeente Madiun yang dibentuk tahun 20 Juni 1918, memiliki 3 societeit dan 2 bangunan bioskop/teater. Namun 2 diantara 5 gedung hiburan tersebut sudah tinggal nama dan berganti menjadi bangunan yang lain. berikut beberapa Gedung-gedung pertunjukan tersebut :
Tiga Societeit Di Gemeente Madiun
Societeit adalah semacam klub yang untuk bersosialita, berkumpul dan berpesta bagi orang-orang kolonial dan golongan tertentu. Societeit biasanya terdpat dikota-kota besar, termasuk madiun. Gemeente atau Kota Pradja Madiun dahulu memiliki 3 gedung Societiet diantaranya adalah Societiet Constantia, Societeit Harmonie dan Societiet Sediaharja. Namun, sekarang hanya 2 bangunan bekas societeit yang masih berdiri.
Pertama adalah Societeit Constantia. Societeit ini terletak di Resident Laan (sekarang Jalan Pahlawan) atau disebelah utara Rumah Resident (Sekarang Barkorwil). Masyarakat Madiun pada saat itu menyebutnya dengan nama Gedung Cantin[1]. Bisa dimungkinkan nama Cantin merupakan penyebutan dari lidah orang Jawa di Madiun untuk nama Consntantia?.
Gedung ini sempat dijadikan Sekolah Menegah Tinggi (SMT) Madiun yang kini menjadi SMAN 1 Madiun[2]. Hingga akhirnya sampai sekarang ditempati oleh Markas Kodim 0810 Kota Madiun. Jika masuk ke dalam gedung dapat kita temui aula yang luas dan panggung. Aula dan Panggung ini kemungkinan masih dipertahanakan bentuk aslinya, sehingga kita bisa membayangkan bagaimana pesta orang eropa itu digelar.
Pada masa kolonial, kelompok penduduk Eropa memusatkan kegiatan mereka di gedung ini. Mereka membentuk organisasi masyarakat yang sering mengadakan kegiatan seni budaya seperti Indo-Europeeschee Vereeniging (EIV). Kegiatan yang dilakukan antara lain pesta dansa, pertandingan bridge, billiard, serta menyelenggarakan pertunjukan musik dan sulap[3].

Lokasi Societeit ini berada dekat dengan kantor-kantor pemerintahan Residentie Madiun serta dekat dengan Benteng Madiun. Oleh Karena itu, memungkinkan jika tempat ini dahulunya bisa menjadi tempat loby politik, ekomoni dan kebijakan bagi para pejabat pemerintahan dengan pengusaha khususnya orang Tionghoa.
Societeit Kedua adalah Societeit Harmonie. Soceiteit ini terletak W.M Ingenluyfflaan (sekarang Jalan Dr. Soetomo). Belum banyak informasi mengenai Societeit ini. Jika dilihat lokasinya yang dekat dengan Werkplaatsen Staats Spoorwegen (S.S) (Sekarang PT INKA), kemungkinan societeit ini diperuntukan bagi para pekerja S.S. Lokasi bekas Societeit Harmonie sekarang menjadi Markas Denbekang V-44-01.
Terakhir adalah Societeit Sediahardja. Sama seperti Societeit Harmonie, Informasi mengenai societeit ini belum banyak ditemuikan. Keberadaan hanya terlacak dalam peta Hoofdplaats Madioen tahun 1917. Lokasinya berada di Gang Kauman (sekarang Jalan Merbabu) atau sebelah utara Masjid Agung. Jika ditafsirkan lokasinya yang dekat dengan Pendopo Kabupaten, societeit ini merupakan societeit khusus untuk orang-orang pribumi. orang-orang pribumi yang dimaksud tentunya seperti keluarga Bupati, Wedono, Patih, Penghulu, serta para pejabat-pejabat kabupaten lainya.
Dua Gedung Pertunjukan Gemeente/Bioskop.
Selain Societiet, Madiun juga membangun gedung-gedung hiburan yang diperuntukan untuk pertunjukan kesenian (Kunst) dan pemutaran film (Bioscoop). Tercatat ada 2 gedung pertunjukan atau Bioskop yang pernah ada Kota Madiun pada Kolonial.
Pertama adalah Gemeente Schouwburg atau Gedung pertunjukan Kota. Sejarah pembangunan gedung ini diawali ketika pada tahun 1928 pihak Gemeente Madioen memperoleh sebidang tanah waris dari Nyonya Mary Manuel untuk membangun sebuah gedung pertunjukan kota [4]. Pembangunannya kemudian dilimpahkan kepada firma Fermont-Cuypers. Firma asal Batavia yang di waktu bersamaan juga melaksanakan pembangunan Raadhuis Madioen (Balai Kota Madiun).

Gedung ini diresmikan pada awal Agustus 1930 dengan nama De Cecilia Schouwburg atau kemungkinan ditanggal yang sama dengan peresmian Raadhuis Madioen. Gedung pertunjukan ini diresmikan dengan menampilkan pertunjukan teater berjudul ‘Het Spookhuis‘ oleh Henri van Wermeskerken, yang dilakukan oleh asosiasi drama lokal. Dalam pidato pembukaan, Burgermeester R.A. Schotman mengucapkan terima kasih kepada Mary Manuel atas sumbangansihnya terhadap pembangunan Gedung ini. Sehubungan dengan ulang tahun Ratu Suri Emma of Waldeck and Pyrmont, Lagu kebangsaan Belanda “Wilhelmus” dinyanyikan oleh seluruh hadirin pada pukul 12 [5].
Pada perkembangan selanjutnya berubah nama menjadi Mary Theater dan City Theater. Nama Mary Theater diberikan oleh pihak Gemeente pada tahun 1937 karena untuk mengenang Nyonya Mary Manuel. Nama lengkapnya adalah Mary Emmy Josephine Manuel (1868-1928). Ia di makamkan di pemakaman Kerkhof Madiun di Jalan Candi Sewu (dulu Kerkhoflaan), Madiun Lor[6]. Meski mengalami pengusuran, makam Mary Manuel masih bertahan dan bisa kita lihat sampai sekarang.
Sebagai gedung pertunjukan yang dimiliki oleh Gemeente Madioen, suasana apartheid tidak bisa dihindari. Dapat digambarkan pada ruangan Gemeente Schouwburg yang dibagi menjadi tiga klas yaitu kelas Balkon, Loge dan Klas III (masyarakat sering menyebut dengan kelas kambing). Dua kelas pertama adalah jatah untuk warga Eropa, Ambon atau Bumiputera yang disetarakan, sementara kelas III adalah jatah untuk warga Bumiputera[7].
Gedung ini sempat tak berfungsi sekitar akhir tahun 1940an. Hingga akhirnya awal 1950an, seseorang bernama Soetamto Harjosuwegnjo mengusahakan membuka kembali gedung pertunjukan ini. Ia kemudian diangkat menjadi kepala bioskop pertama[8].Gedung pertunjukan tersebut bernama resmi Perusahaan Bioscoop “City Theater”. Bioskop dimiliki oleh Pemerintah Kota Besar Madiun dengan beralamat di Jalan Raya No. 47.
Perkembangan selanjutnya, Kemudian selanjutnya diberi nama Bioskop Lawu, bahkan konon sempat juga bernama Bioskop Galunggung[9]. Pergantian nama ini kemungkinan berkaitan dengan kebijakan pemerintah indonesia saat itu tentang nasionalisasi. Meskipun demikian masyarakat Kota Madiun pada saat itu masih sering menyebutnya dengan nama “Siti” . Siti merupakan pengucapan lidah orang jawa di Madiun terhadap City Theather.
Gedung Bioskop ini tidak berlangsung lama. Tahun 1996, pemerintah Kota Madiun menyewakan tanah gedung bioskop tersebut kepada para Investor. Hingga akhirnya dibangunlah sebuah pusat perbelanjaan pertama di Jalan Pahlawan. Kini kemegahan Madioen Schouwburg hanya bisa kita lihat lewat foto dan Kejayaanya menjadi bagian dari sejarah panjang Kota Madiun.
Gedung kedua bernama Apollo Theater. Lokasinya berada sudut kanan antara Jalan Pandan dengan Jalan Alun-alun Utara. Pembangunannya masih belum diketahui. Jika melihat peta Hoofdplaats Madioen tahun 1917, gedung ini bisa dikatakan sebagai gedung bioskop pertama di Madiun.

Nama Apollo mengingatkan kita akan nama dewa dalam mitologi Yunani yakni Dewa Apollo. Orang belanda bernama L. Knuverlder diketahui pernah menjadi pemilik Apollo Theater pada tahun 1930-1936[10]. Keturunan dari Keluarga Kapiten China Njoo Swie Liam, Njoo Hong Bo juga dikabarkan pernah memiliki gedung ini. Setelah kemerdekaan, nama Apollo Theater diganti dengan nama Bioskop Arjuna. Arjuna mengambil nama dari tokoh pandawa dalam cerita mahabarata, atau bisa juga nama gunung yang ada di Kabupaten Malang, Jawa Timur . Pergantian nama tersebut terjadi pada tahun 1953 bersamaan dengan dibukanya kembali bioskop tersebut[11].
Bangunan bioskop sedari awal memang dirancang sebagai gedung pertunjukan gambar sorot atau untuk memutar film. Selain untuk memutar film, juga digunakan untuk pertunjukan seperti ketoprak jawa, Opera dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah panggung.
Sekitar tahun 1980an, Arjuna Theater mengalami masa keemasan dengan menampilkan tayangan film Indonesia yang rada “hot”, seronok, dan vulgar di kala itu. Akan tetapi sejak 1999, bioskop Arjuna mulai meredup pengunjungnya dan akhirnya sekarat[12]. Pada 2002, Arjuna Theater resmi ditutup. Beruntung sampai sekarang bioskop ini “belum” memiliki nasib yang sama dengan Bioskop Lawu.
Rujukan
[1] Wawancara Bapak Darso (87 tahun) dan Bapak Saioen (88 Tahun) Warga Kauman, Kota Madiun
[2] Sejarah SMA Negeri 1 Madiun
[3] Hudiyanto, R. Reza. 2003. Pemerintahan Kota Madiun Tahun 1918-1941. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Pps UGM.Hal : 233.
[4] Hudiyanto, R. Reza. Log, Cit, Hal : 73
[5] Soerabaijacsh Handelsblad, Vijfde Blad, Dinsdag 5 Augustus 1930, 78 Eerste Jaargang. V-1. “Madioen’s Raadhuis een Schouwburg”
[6] Soerabaijacsh Handelsblad, No. 153 Twede Blad, Wonsdag, 7 Juli 1937. “Uit Madioen Geschiedenis : Hoe De gemeenteschouwburg den naam kreeg van Mary Theater” dan http://www.imexbo.nl/madioenmarymanuel.html
[7] Hudiyanto, R. Reza. Log, Cit, Hal : 229
[8] Wawancara dengan Bapak Rully Cahyono warga Winongo, Kota Madiun yang merupakan keturunan dari Soetamto Harjosuwegnjo. Salah satu amplop surat berketerangan tahun 1952 koleksi Bapak Rully Cahyono, memuat kop surat “ Pemerintah Kota Besar Madiun_Perusahaan Bioscoop “City Theater_Djalan Raja No. 47 Telp. 177
[9] Wawancara Bapak Saioen warga gang kauman, Kota Madiun
[10] Luwes, Ulwa Humairok Gandes, 2010. Sejarah Perkembangan Bioskop di Surakarta tahun 1950-1979. Skripsi Fakultas Sastra dan Senirupa, Universitas Sebelas Maret. Hal. 63
[11] Wawancara Bapak Saioen warga gang kauman, Kota Madiun
[12] http://kekunaan.blogspot.co.id/2014/02/gedungbioskoparjunamadiun.htm
Satu tanggapan untuk “Gedung-Gedung Pertunjukan di Madiun Masa Kolonial”